Jumat, 25 Januari 2019

PUISI (I LOVE YOU)

I Love You


Nak, apa kabar?
Udah shalat?
Udah makan?
Jaga kesehatan dan jangan lupa bertamu kepadaNya!!
Itulah kata-kata romantis
Yang selalu kau sampaikan kepadaku

Aku baik- baik saja, Pa
Pa, terima kasih selalu setia menanya kabarku

Terkadang naluriku bertanya kepadamu

Pa
Mengapa?
Kau, Bisa berdiri di atas pecahan kaca
tapi seakan tak merasakan tergores oleh serpisahannya
Dia Pun tersenyum manis
Seakan tak ada peristiwa
Kau terbaik, Pa
Istimewa.....

Pa, I love You.




Rabu, 23 Januari 2019

PUISI (JEJAK EL)

PULAU BIRU YANG DILUPAKAN




Elvida Andriani
elvidaandriani4@gmail.com
Abstrak
Budaya merupakan salah satu identitas suatu bangsa dan budaya juga, merupakan warisan dari peradaban suatu bangsa, yang ada dan lahir karena kebiasaan yang mempunyai nilai kehidupan. Seiring waktu, semua seakan melupakan kepribadian daerahnya, dengan kecanggihan teknologi membuat kita berselingkuh dan menyukai kepribadian barat. Sadarlah kita, di mana rasa kepedulian kita, seperti sudah mati oleh kecanggihan yang menggiurkan sejenak saja. Coba kita berpandang kedepan, melihat mereka yang sangat mencintai kepribadian daerahnya, hingga rela berkorban sepenuh jiwa. Kita hanya melestarikannya saja, itupun kita tidak bisa. Akan tetapi seiring dengan kemajuan zaman dan derasnya budaya barat masuk ke dalam masyarakat sehingga, budaya kita sendiri tergerus dan terberengus dengan kebudayaan barat, contoh kecil dari ditinggalkannya kebudayaan kita sendiri adalah dari prilaku masyarakat yang bukan menunjukkan sikap ke timuran. Sikap masyarakat yang sudah mementingkan kepentingan individu di atas segalanya, tidak memikirkan kepentingan umum.
Sejarah Pulau jemur tercatat bermula dari penjelajahan salah seorang panglima kerajaan Siak Sri Indrapura yang bernama Datuk Tanah Lor. Setelah menemukan pulau Jemur, pada tahun 1732 beliau melaporkannya kepada Sultan Siak  ( Raja Siak I). Selanjutnya oleh Raja Siak I, Datuk Tanah Lor disetujui menjadi penguasa Pulau Jemur.
Kata kunci: kebudayaan Riau, Sejarah Pulau Jemur.







A. Pendahuluan
Di mana tidak semua orang mengetahuinya, bahkan melupakannya. Dengan kecanggihan teknologi membuat tempat ini dikenal banyak orang tapi mereka hanya mengenal keindahannya saja, bahkan tidak isi dari kepribadian daerah itu. Terlihat seperti keindahan yang bentuknya menghibur suasana hati bagi setiap insan yang memiliki perasaan, bukan perasaan yang mati. Banyak kepribadian dari daerah itu yang mereka sengaja lupakan dan menghilangkannya dari peradaban, serta akan dimusnahkan dari penglihatan. Untuk merasakan keindahan yang sesungguhnya kita harus mengenal kepribadian dari sesuatu hal yang indah itu. Kebiasaan dari kepribadian suatu hal tersebut bisa kita lihat tetapi belum tentu bisa kita merasakan kesejukan, kenyamanan dari dari bentuk kepribadian dari suatu hal ingin kita nikmati keindahannya. Sebelum kita mengenal suatu hal yang menarik, tentunya kita terlebih dahulu melahirkan dalam pikiran kita tentang sebab dan akibat kita menikmati sesuatu dari keindahan kepribadian sesuatu hal tersebut. Kita harus  mengenal lebih dekat kepribadian tersebut dari bentuk pendapat yang menggugah jiwa kita untuk lebih dekat mengenal kepribadian sesuatu hal tersebut.
Hidup tanpa keindahan dan kenyamanan yang dirasakan dalam jiwa setiap insan memiliki perasaan bukanlah hal mudah seperti memejamkan mata dan semua terwujud sesuai kecocokan perasaan, serta suasana hati yang sedang digoncangkan dengan persoalan masalah kehidupan. Bicara tentang kenyamanan dan keindahan, pernahkah kita merenungkan sejenak? bukan untuk mengibaratkan. Dimana merawat, menjaga, bukanlah persoalan yang mudah, jika kita menghayati dimana nikmat dari yang menciptakan, mewujudkan alam yang begitu sempurna ini, bahkan selalu memberikan kita kesempatan untuk menggali yang di tempatkanNya untuk dunia ini berharga bahkan lebih menakjubkan dari persoalan lain yang kita tidak akan temui dalam dunia lain.
Untuk itu kita belajar menghargai sesuatu keindahan dari kepribadian setiap daerah. Bicara tentang menghargai, hilangkan dari pikiran kita tentang sebuah materi dan perdagangan politik, yang hanya ingin menguras kekayaan alam ini. Dengan sesuai pola kehidupan tikus nakal, ini tidak lain hanyalah sebuah kepedulian bagi insan yang memiliki hati hidup bukan hati yang mati. Di sini saya sosok yang ingin menghasut dan mendorong batu besar yang akan memasuki lubang yang indah dan megah serta untuk jalan yang baik. Mari kita pandang lurus, cermati, rasakan dalam hati yang tidak mati oleh sebuah materi dan mahkota.
Pemahaman dan ketelitian dalam mendekatkan diri kita untuk kepribadian suatu daerah itu, bukanlah hal yang mudah, butuh proses dan perjalanan yang berliku dan terjal. Seperti sulitnya pendaki gunung yang mendaki gunung, dengan kejauhan dan ketinggian puncak kebanggaan yang setiap pendaki impikan untuk kepuasaan hati, itu semua tidak sebanding dengan memahami tentang kepribadian setiap daerah, apalagi jarang di perbicangkan oleh khalayak yang kebiasaannya menyebar berita tanpa bayaran. Memahami kepribadian setiap daerah itu butuh hati yang hidup sepenuh jiwa. Berbicara sepenuh jiwa seperti kita mengorbankan untuk pujaan hati yang selalu kita sanjung dan kita puja, terkadang kita lupa siapa yang pantas kita puja. Bukankah yang patut kita puja hanyalah Dia yang memiliki hati kita ini. Itulah sebab dan akibatnya, kita bahkan tidak mampu menikmati dan menjaga yang telah Dia titipkan kepada kita. Untuk sebuah kepuasan hati, saya harus mampu melahirkan bukti nyata, bukan seperti para insan yang menghasilkan berita dengan profesi tanpa bayaran dan tidak memiliki pemahaman seperti tidak memiliki mutiara di dasar lautan.
B. Pembahasan
Budaya merupakan salah satu identitas suatu bangsa dan budaya juga, merupakan warisan dari peradaban suatu bangsa, yang ada dan lahir karena kebiasaan yang mempunyai nilai kehidupan. Seiring waktu, semua seakan melupakan kepribadian daerahnya, dengan kecanggihan teknologi membuat kita berselingkuh dan menyukai kepribadian barat. Sadarlah kita, di mana rasa kepedulian kita, seperti sudah mati oleh kecanggihan yang menggiurkan sejenak saja. Coba kita berpandang kedepan, melihat mereka yang sangat mencintai kepribadian daerahnya, hingga rela berkorban sepenuh jiwa. Kita hanya melestarikannya saja, itupun kita tidak bisa. Akan tetapi seiring dengan kemajuan zaman dan derasnya budaya barat masuk ke dalam masyarakat sehingga, budaya kita sendiri tergerus dan terberengus dengan kebudayaan barat, contoh kecil dari ditinggalkannya kebudayaan kita sendiri adalah dari prilaku masyarakat yang bukan menunjukkan sikap ke timuran. Sikap masyarakat yang sudah mementingkan kepentingan individu di atas segalanya, tidak memikirkan kepentingan umum. Dan inilah salah satu faktor dilupakannya kebudayaan sendiri. Masyarakat kita lupa akan budayanya sendiri, sikap acuh dan bahkan tidak peduli terhadap budaya sudah mengakar dalam masyarakat, bahkan hal yang sangat memilukan hati, hanya sebagian kecil saja dari masyarakat kita yang peduli terhadap budaya. Hal ini harus jadi perhatian serius dari seluruh lapisan masyarakat baik dari pemerintahan hingga rakyat biasa. Dari hal dan kasus di atas harus kita jadikan pelajaran bersama, agar kita semua menghargai dan menjaga warisan budaya yang menjadi salah satu kekayaan dan identitas bangsa yang kita cintai bersama.
Pulau Jemur secara administratif termasuk ke dalam wilayah Desa Teluk Pulai, Kecamatan Pasir Limau Kapas, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau. Secara geografis Pulau Jemur terletak pada 02’ 52’ 53’ LU dan 100’ 33’ 51’ BT di Selat Malaka. Pulau jemur terletak  sekitar 72,4 km dari Bgansiapiapi dan 64,3 km dari pelabuhan Klang di Malaysia. Pulau dengan luas 250 Ha ini merupakan pilau terluas dari kepulauan Arwah, gugusan sembilan pulau, yaitu Pulau Batu Mandi, Pulau Labuan Bilik, Pulau Jemur, Pulau Pertandangan, Pulau Tukong Mas, Pulau Tukong Simbang, Pulau Batu Berlayar, dan Pulau Batu Adang. Pulau jemur tidak berpenduduk,yang tinggal dan menjaga pulau jemur adalah parajurit TNI – AL yang berjumlah 9 orang dan Petugas Instalasi Manara Suar Kementrian Perhubungan berjumlah 5 orang.  Pulau ini tempat persinggahan nelayan untuk sekedar istirahat, mengambil air tawar atau berlindung dari cuaca buruk. Kebutuhan hidup sehari- hari  bagi yang menjaga pulau di suplai oleh masing- masing instansi.
Sejarah Pulau jemur tercatat bermula dari penjelajahan salah seorang panglima kerajaan Siak Sri Indrapura yang bernama Datuk Tanah Lor. Setelah menemukan pulau Jemur, pada tahun 1732 beliau melaporkannya kepada Sultan Siak  ( Raja Siak I). Selanjutnya oleh Raja Siak I, Datuk Tanah Lor disetujui menjadi penguasa Pulau Jemur. Aksesibilitas menuju Pulau Jemur dapat dikatakan tidak mudah. Pulau ini dapat ditempuh melalui jalur udara dengan menggunakan helikopter. Di Pulau Jemur tersedia helipad yang merupakan landasan untuk landing helikopter seluas 15 m  x 25 m. Akses lainyang dapat ditempuh menuju pulau Jemur adalah melalui jalur laut dengan menggunakan perahu dari Pelabuhan Bagansiapiapi. Waktu tempuh dari Bagansiapiapi menuju Pulau Jemur adalah 7 jam.
Sebagai manusia yang memiliki hati yang hidup, kita harus mampu menjaga dan merawat kepribadian dari daerah manapun, bukan hanya melihat tetapi juga membantu membangun kepribadian setiap daerah. Cintailah alam maka ia juga akan menjaga dan melindungimu ditempatnya. Sebenarnya, keindahan itu kita yang ciptakan bukan menunggu orang lain menciptakannya. Sekian yang dapat saya tulis dengan jemari yang lelah ini dengan kecepatan yang tak mampu di hentikan, tetapi kepuasan hati membangkitkan gejora jiwa untuk menuliskannya. Semoga tulisan bermanfaat bagi kita untuk menghidupkan kembali jiwa yang hampir mati ini dan mencintai kepribadian setiap daerah.


Daftar Pustaka
Sukendi. 2012. Sejarah Pulau Jemur.
http://sdarmansyah.blogspot.co.id/2012/01/pulau-jemur.html yang diakses pada 8 Januari 2018 21:55:03 GMT.

PERAN GEN POSTTING ANTI HOAX ERA MODRENISME

Peran Gen Postting Anti Hoax Era Modrenisme



Dengan kecanggihan teknologi di dalam menjalani peradaban yang terjadi di dunia ini, terkadang seseorang lupa akan perannya yang mampu dimanfaat dalam kehidupan sehari- hari. Banyaknya penggoda yang menghasut sehingga nafsu tidak mampu dibendung oleh setiap orang. Pola pikirlah salah satu hal yang mengakibatkan seseorang terjerumus pada lubang yang sama, serta tidak ingin mengenal perannya sebagai orang yang mampu menjadikan sesuatu hal yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Bicara tentang peran bukankah kita mampu melahirkan sekelompok orang yang mampu berpartisipasi serta saling timbal balik agar terciptanya keinginan yang tulus dalam menjalankan sesuatu hal dalam membentuk karakter generasi muda. Gen Posttinglah salah satu tolak ukur untuk generasi muda dalam melahirkan ide- ide yang tidak merugikan dirinya dan orang lain.
Marilah sejenak kita merenungkan dan menjelajahi pemikiran kita sendiri bahwa dengan menciptakan lingkaran positif seperti menerbitkan Gen Postting, kita mampu mengelola dan mengarsipkan pola pikir dalam melahirkan generasi yang anti hoax. Seseorang bisa mengajarkan kepada jemarinya untuk terlatih menggerakkan tinta- tinta suci itu dalam lembar bersih yang bermutu. Gen Postting itu sendiri bisa didefenisikan dari pemikiran ide yang kreatif seperti Generasi Positiv Thinking di dalam pergaulan yang bermanfaat untuk dirinya dan orang lain. Penyebab seseorang memberanikan kinerja jemari dan lidahnya untuk mempublikasikan dengan semerta- merta untuk kepuasan nafsu pribadi dan membela kelompoknya dengan menyebarkan berita hoax.




PUISI (SEKOTAK CINTA)

Sekotak cinta

Bukan sebuah angka yang sulit dipahami olehmu
Bukan juga sebuah kubus yang harus kau pahami di setiap sisi- sisinya
Bukan dayang- dayang yang mampu menyuguhkan secangkir air
          Ketika dahagamu terluka
Kau tak perlu cemas, tak perlu resah
Cukup kau simpan di dalam sebuah peti kecil yang kau kunci dari gembok baja
Kau tak perlu mendeskripsikan dan mencari tau kesulitannya
Sebuah peti kecil yang menggerogoti pikiranmu
Yakinlah, Kau akan mengerti tanpa perlu dijelaskan
Ketika sudah kau temukan sandi
           Sebuah peti kecil dari gembok baja
Sandi- sandinya sempat membingungkanmu, mengganggu saraf- sarafmu
Kau tak perlu memenjarakan pikiranmu, tak perlu !!
Cukuplah kau jaga peti kecil itu
Tersenyumlah.
Percayalah , kau akan temukan sandi yang sempat hilang dari pikiranmu
Di dalam sekotak cinta





PUISI (PEKA BERKELAS)

*Peka Berkelas*

Pura- pura mengerti perhitungan 1+1,
tapi kenyataannya tak mengerti makna dari hasilnya.
Berharap mengerti tanpa perlu dijelaskan dari perhitungan 1+1 tapi kenyataanya pura- pura tuli ketika tau kebenaran hasilnya.
Seakan terpenjara dengan angka- angka yang tak tau kejelasannya.

GAYA PENULISAN

PROBLEMATIKA GAYA PENULISAN KARYA SASTRA DI ERA MODERNISME





Abstrak
Penulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan problematika gaya penulisan karya sastra dalam era modrenisme yang terjadi di dalam kehidupan sehari- hari  dan bertujuan untuk meningkatkan minat menulis seseorang untuk mampu mengaplikasikannya dengan struktur kaidah penulisan yang baik dan benar. Menggali pemasalahan yang dialami setiap orang dalam melahirkan ide di dalam sebuah karya sastra yang harus mematuhi struktur kaidah penulisan yang baik dan benar. Permasalahan adalah wabah yang harus dimusnahkan dan diselesaikan oleh setiap orang atau penulis karena sangat berdampak dan berpengaruh dalam menciptakan sebuah karya yang terstruktur. Apalagi dalam melahirkan sebuah karya sastra yang harus terstruktur agar mudah dipahami dan berkualitas. Permasalahan di dalam menulis sebuah karya sastra terdapat pada pola pikir seseorang itu sendiri yang tidak berkeinginan untuk mempelajari dan berpikir keras dalam melahirkan ide yang bermutu serta berkualitas. Gaya penulisan karya sastra itu sendiri setiap orang berbeda- beda apalagi dalam melahirkan karya sastranya. Oleh sebab itu, kreteria dalam menulis sebuah karya sastra tersebut harus memiliki alur yang jelas dan berkualitas. Di era modernisme banyaknya gaya penulisan seorang penulis yang menyimpang dari norma dan sistematika penulisan, seperti sulitnya seseorang memulai menulis. Oleh sebab itu, efek minat dalam menulis sangatlah kurang. Sehingga beberapa penulis yang tidak mampu mengaplikasikan diri ke arah yang lebih positif dalam menjalani kehidupannya.
Kata Kunci:Problematika Gaya Penulisan Karya Sastra, Gaya Penulisan Karya Sastra, Hakikat Karya Sastra, Era Modernisme
A. Pendahuluan
Membiasakan diri untuk berpikir secara sistematis dalam menyusun sebuah karya ilmiah, sangatlah berguna di dalam menampilkan sebuah karya sastra yang bermutu serta berkualitas. Permasalahan di dalam menulis sebuah karya sastra terdapat pada pola pikir seseorang itu sendiri yang tidak berkeinginan untuk mempelajari dan berpikir keras dalam melahirkan ide yang bermutu serta berkualitas. Untuk melahirkan kompetensi menulis yang bermutu dan berkualitas seseorang harus mampu menggali kompetensinya dengan kesadaran diri untuk menciptakan sebuah karya sastra yang berkualitas di dalam era modrenisme ini.
Safwan dkk (2014:136) mengatakan bahwa Kompetensi dapat mempertajam dan memperluas kemampuan seseorang di dunia kerja. Semakin banyak aktivitas seseorang melakukan pekerjaan yang sama, semakin terampil dan semakin mudah seseorang menyelesaikan pekerjaan di dalam dunia kerja. Semakin banyak macam pekerjaan yang dilakukan seseorang, maka akan banyak pengalaman kerjanya semakin kaya dan luas, dan memungkinkan peningkatan kinerjanya semakin meningkat.Selain itu kompetensi juga disampaikan indrawati (2017: 12) yang mengatakan bahwa kompetensi merupakan salah satu unsur kesiapan, berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan yang dapat diperoleh dengan pendidikan, latihan dan pengalaman.
Dari penjelasan  pendapat dari  para ahli tersebut tentang permasalahan kompetensi yang terdapat pada diri seseorang bahwa kompetensi itu sendiri dilahirkan dari pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman,  pendidikan serta latihan yang menghasilkan kompetensi yang bermutu dan berkualitas.  Maka dari itu permasalahan di dalam gaya penulisan sebuah karya sastra sangat berpengaruh di dalam menggali kompetensi pada diri seseorang, dan karya sastra itu sendiri lahir bukan bangkit dari kekosongan melainkan dari pengalaman pribadi seseorang yang menjadi karya sastra tersebut menjadi kreatif.
Gaya penulisan karya sastra itu sendiri setiap orang berbeda- beda apalagi dalam melahirkan karya sastranya. Maka dari itu kreteria dalam menulis sebuah karya sastra tersebut harus memiliki alur yang jelas dan berkualitas. Berkualitas yang dimaksud adalah seorang penulis tidak menggunakan gaya penulisan salah dalam melahirkan ide yang bermutu dan berkualitas. Untuk melahirkan penulisan yang baik dan benar seseorang harus mampu menyimpulkan tulisannya serta meringkasnya menjadi penulisan yang sistematis dan kreatif. Menulis tersebut mampu membuat aktivitas yang kita lakukan menjadi meyehatkankan.
Leo (2010:3) mengatakan bahwa menulis adalah aktivitas yang menyehatkan, menghindari kita dari sikap negatif,  yang menuntut seseorang untuk banyak membaca, meringkas, menyimpulkan, dan mengungkapkan kembali apa yang sudah dibacanya. Jadi, seseorang penulis tidak akan menggunakan waktunya sia- sia misalnya menggunjingkan orang lain, menunda- nunda pekerjaan, dan lain sebagainnya.
Oleh sebab itu, sesorang penulis dituntut untuk jujur dalam mempublikasikan tulisannya dalam menulis sebuah karya sastra. Jika penulis tidak mampu menguatkan serta kejelasan sumber informasi dari tulisan yang digunakannya maka seorang penulis tersebut bisa disebut sebagai plagiator atau orang yang melanggar hak cipta orang lain. Leo ( 2010: 35) mengatakan bahwa plagiarisme berasal dari kata latin, yaitu plagiarus ( penculik) yang berarti mengambil karya orang lain untuk dianggap sebagai karyanya sendiri.
Dari penjelasan pendapat dari  ahli tersebut tentang gaya penulisan yang harus dipatuhi sesorang penulis dapat disimpulkan bahwa seorang penulis harus mampu jelas sumber informasi dari tulisannya agar layak di publikasikan serta menjadikan tulisan dari karya sastra tersebut menjadi tulisan yang bermutu dan berkualitas.
Di era modernisme banyaknya gaya penulisan seorang penulis yang menyimpang dari norma dan sistematika penulisan, seperti sulitnya seseorang memulai menulis maka dari itu efek minat dalam menulis sangatlah kurang. Sehingga banyaknya penulis yang tidak mampu mengaplikasikan diri ke arah yang lebih positif dalam menjalani kehidupannya. Gaya penulisan seseorang di era modernisme bermacam- macam, ada yang kreatif dan ada juga yang tidak sesuai sistematika dalam menulis sebuah karya sastra.
Mahayana (2005: 22) mengatakan bahwa di dalam kehidupan masyarakat modren, kedudukan dan perananan sastrawan relatif lebih bebas dan mandiri. Kemandirian sastrawan disadari sebagai hak yang asasi dan fundamental berkaitan dengan kebebasan berkreasi. Di samping perkembangan zaman banyaknya bahasa dan penulisan alay yang di gunakan dan idolakan generasi muda. Bahkan tidak mampu memilah- milah bagian tulisan mana yang harus di publikasikan dan di buang di dalam tempat sampah kehidupan ini. Permasalahan tersebut diakibatkan kurangnya kesadaran generasi muda dalam mempelajari sistematika penulian yang benar untuk membantunya dalam melahirkan sebuah karya yang bermutu dan berkualitas.
Dari pernyataan yang dijelaskan pendapat dari ahli tersebut tentang era modrenisme dapat disimpulkan bahwa di era tersebut penulis diberikan kebebasan berkreasi sesuai hari nurani seorang penulis yang melahirkan ide berhubungan dengan pola ekonimis, politis sehingga terkadang penulis terjerumus untuk menulis sebuah karya sastra yang tidak sesuai kaidah dan sistematika karya sastra.
B. Pembahasan
Sebelum  mengenal sesuatu, terlebih dahulu harus tau sebab dan akibat mengapa permasalahan gaya penulisan pada sebuah karya sastraini sangat berguna bagi kehidupan sehari- hari. Permasalahan gaya penulisan generasi muda saat ini sudah sering diperbincangkan dan sudah dikenal dari zaman ke zaman. Dengan demikian,   perlu perjuangan untuk menciptakan  generasi muda yang melahirkan ide kreatif pada sebuah karya sastranya, tanpa memasukkan gaya penulisan yang tidak terstruktur. Di samping itu, kecanggihan teknologi sangat berdampak dan berpengaruh pada pola pikir generasi muda dalam mendeskripsikan dan melahirkan idenya sesuai struktur kaidah penulisan.
a. Hakikat Karya Sastra
Karya sastra diciptakan serta lahir dari sebuah keindahan yang setiap orang menyukai dan sangat berperan penting bagi manusia dalammelakukan  aktivitas kehidupan sehari- seharinya. Oleh sebab itu, karya sastra berperan penting dalam melahirkan ide dan penulisnya struktur yang kreatif serta menciptakan keindahan di dalam sebuah karya yang dideskripsikan generasi muda dalam melahirkan karyanya. Untuk itu adanya kemauan dan minat generasi muda dalam menciptakan sebuah karya yang sesuai struktrur kaidah penulisan karya sastra.
Astuti (2011: 17) mengatakan bahwa karya sastra sebagai artefak yang tidak memiliki makna jika tidak diberikan makna tidak akan dimaksud pada sebuah karya sastra tersebut. Oleh sebab itu, karya sastra jika tidak mempelajari hakikat maknanya maka tidak akan menangkap makna pada sebuah karya sastra. Pada hakikatnya makna dari karya sastra harus bermedium bahasa pada sebuah karya.

Dari pernyataan pendapat seseorang tersebut tentang karya sastra, dapat disimpulkan bahwa karya sastra itu sendiri merupakan produk kreatif yang harus dan mampu diaplikaskan penulis untuk melahirkan ide yang kreatif dan mewarnai karyanya agar lebih berkualitas. Oleh sebab itu, penulisan karya sastra harus sesuai struktur kaidah penulisan sehingga terciptalah sebuah karya yang diminati dan sangat dinikmati pembaca dengan ciri khas dan karakteristik dari karya penulis, dan mampu memahami makna yang akan ditulis untuk melahirkan sebuah karya sastra berkualitas.

b. Problematika Gaya Penulisan Karya Sastra
Permasalahan adalah wabah yang harus dimusnahkan dan diselesaikan oleh setiap orang atau penulis karena sangat berdampak dan berpengaruh dalam menciptakan sebuah karya yang terstruktur. Apalagi dalam melahirkan sebuah karya sastra yang harus terstruktur agar mudah dipahami dan berkualitas. Permasalahan di dalam menulis sebuah karya sastra terdapat pada pola pikir seseorang itu sendiri yang tidak berkeinginan untuk mempelajari dan berpikir keras dalam melahirkan ide yang bermutu serta berkualitas. Untuk melahirkan kompetensi menulis yang bermutu dan berkualitas seseorang harus mampu menggali kompetensinya dengan kesadaran diri untuk menciptakan sebuah karya sastra yang berkualitas dalam era modernisme ini.
Selain itu kompetensi juga disampaikan indrawati (2017: 12) yang mengatakan bahwa kompetensi merupakan salah satu unsur kesiapan, berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan yang dapat diperoleh dengan pendidikan, latihan dan pengalaman. Safwan dkk (2014:136) mengatakan bahwa Kompetensi dapat mempertajam dan memperluas kemampuan seseorang di dunia kerja. Semakin banyak aktivitas seseorang melakukan pekerjaan yang sama, semakin terampil dan semakin mudah seseorang menyelesaikan pekerjaan di dalam dunia kerja. Semakin banyak macam pekerjaan yang dilakukan seseorang, maka akan banyak pengalaman kerjanya semakin kaya dan luas, dan memungkinkan peningkatan kinerjanya semakin meningkat.
Dari pernyataan yang dijelaskan oleh para ahli tersebut tentang permasalahan kompetensi yang terdapat pada diri seseorang bahwa kompetensi itu sendiri dilahirkan dari pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman,  pendidikan serta latihan yang menghasilkan kompetensi bermutu dan berkualitas.  Oleh sebab itu, permasalahan di dalam gaya penulisan sebuah karya sastra sangat berpengaruh di dalam menggali kompetensi pada diri seseorang, dan karya sastra itu sendiri lahir bukan bangkit dari kekosongan melainkan dari pengalaman pribadi seseorang yang menjadi karya sastra menjadi kreatif.
c. Gaya Penulisan Karya Sastra
Gaya adalah suatu ciri khas dan karakteristik dari seseorang atau penulis dalam melahirkan dan menciptakan sebuah karyanya. Oleh sebab itu, gaya penulisan yang harus di tanamkan di dalam pola pikir setiap penulis harus bisa melahirkan ide yang kreatif tetapi tidak meninggalkan kaidah struktur dari penulisan itu sendiri. Gaya penulisan karya sastra itu sendiri setiap orang berbeda- beda apalagi dalam melahirkan karya sastranya. Oleh sebab itu, kreteria dalam menulis sebuah karya sastra tersebut harus memiliki alur yang jelas dan berkualitas. Berkualitas yang dimaksud adalah seorang penulis tidak menggunakan gaya penulisan yang tidak tersruktur pada sebuah karyanya serta dalam melahirkan ide yang bermutu dan berkualitas. Untuk melahirkandan mendeskripsikan warna penulisan yang baik dan benar seseorang harus mampu menyimpulkan tulisannya serta meringkasnya menjadi penulisan yang sistematis dan kreatif. Menulis tersebut mampu membuat aktivitas yang kita lakukan menjadi meyehatkankan.
Leo (2010:3) menjelaskan bahwa menulis adalah aktivitas yang menyehatkan, menghindari kita dari sikap negatif,  yang menuntut seseorang untuk banyak membaca, meringkas, menyimpulkan, dan mengungkapkan kembali apa yang sudah dibacanya. Jadi, seseorang penulis tidak akan menggunakan waktunya sia- sia misalnya menggunjingkan orang lain, menunda- nunda pekerjaan, dan lain sebagainnya.
Oleh sebab itu, sesorang penulis dituntut untuk jujur dalam mempublikasikan tulisannya dalam menulis sebuah karya sastra. Jika penulis tidak mampu menguatkan serta kejelasan sumber informasi dari tulisan yang digunakannya maka seorang penulis tersebut bisa disebut sebagai plagiator atau orang yang melanggar hak cipta orang lain. Leo ( 2010: 35) mengatakan bahwa plagiarisme berasal dari kata latin, yaitu plagiarus ( penculik) yang berarti mengambil karya orang lain untuk dianggap sebagai karyanya sendiri. Dari pernyataan dan penafsiran yang dijelaskan pendapat dari satu orang tersebut tentang gaya penulisan yang harus dipatuhi sesorang penulis dapat disimpulkan bahwa seorang penulis harus mampu jelas sumber informasi dari tulisannya agar layak di publikasikan serta menjadikan tulisan dari karya sastra tersebut menjadi tulisan yang bermutu dan berkualitas.

d. Era Modernisme Gaya Penulisan Karya Sastra
Di era modernisme banyak gaya penulisan seorang penulis yang menyimpang dari norma dan sistematika penulisan, seperti sulitnya seseorang memulai menulis maka dari itu efek minat dalam menulis sangatlah kurang. Dengan demikian, banyak penulis yang tidak mampu mengaplikasikan diri ke arah yang lebih positif dalam menjalani kehidupannya. Gaya penulisan seseorang di era modernisme bermacam- macam, ada yang kreatif dan ada juga yang tidak sesuai sistematika dalam menulis sebuah karya sastra.
Mahayana (2005: 22) mengatakan bahwa di dalam kehidupan masyarakat modren, kedudukan dan perananan sastrawan relatif lebih bebas dan mandiri. Kemandirian sastrawan disadari sebagai hak yang asasi dan fundamental berkaitan dengan kebebasan berkreasi. Di samping perkembangan zaman banyaknya bahasa dan penulisan alay yang di gunakan dan idolakan generasi muda. Bahkan tidak mampu memilah- milah bagian tulisan mana yang harus di publikasikan dan di buang di dalam tempat sampah kehidupan ini. Permasalahan tersebut diakibatkan kurangnya kesadaran generasi muda dalam mempelajari sistematika penulian yang benar untuk membantunya dalam melahirkan sebuah karya yang bermutu dan berkualitas.
Dari penjelasan yang dijelaskan pendapat dari para ahli tersebut tentang era modrenisme dapat disimpulkan bahwa di era tersebut penulis diberikan kebebasan berkreasi sesuai hari nurani seorang penulis yang melahirkan ide berhubungan dengan pola ekonimis, politis sehingga terkadang penulis terjerumus untuk menulis sebuah karya sastra yang tidak sesuai kaidah dan sistematika karya sastra. Permasalahan yang ditemukan dan dideskripsikan di dalam era modrenisme ini akan berdampak serta berpengaruh pada penulisan karya sastra di Indonesia, maka dari itu butuh kesadaran dari generasi muda untuk melahirkan ide yang  kreatif dengan struktur kaidah penulisan yang benar.

C. Kesimpulan
Pada dasarnya setiap orang harus mampu menggali potensi yang ada pada dirinya yaitu dengan berani menulis. Oleh sebab itu, menulis haruslah menerapkan keterampilan yang dilakukan sesuai struktur kaidah penulisan yang baik dan benar, untuk melahirkan sebuah karya yang berkualitas.  Permasalahan yang terdapat di dalam penulisan yaitu cara seorang penulis membiasakan dirinya untuk menggunakan penulisan yang benar pada sebuah karyanya. Pada hakikatnya permasalahan kompetensi yang terdapat pada diri seseorang adalah kompetensi itu sendiri dilahirkan dari pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman,  pendidikan serta latihan yang menghasilkan kompetensi yang bermutu dan berkualitas.  Maka dari itu permasalahan di dalam gaya penulisan sebuah karya sastra sangat berpengaruh di dalam menggali potensi pada diri seseorang, dan karya sastra itu sendiri lahir bukan bangkit dari kekosongan melainkan dari pengalaman pribadi seseorang yang menjadi karya sastra tersebut menjadi kreatif dan berkualitas.
Berkualitas yang dimaksud adalah seorang penulis tidak menggunakan gaya penulisan yang tidak tersruktur pada sebuah karyanya serta dalam melahirkan ide yang bermutu dan berkualitas. Untuk melahirkandan mendeskripsikan warna penulisan yang baik dan benar seseorang harus mampu menyimpulkan tulisannya serta meringkasnya menjadi penulisan yang sistematis dan kreatif. Menulis tersebut mampu membuat aktivitas yang kita lakukan menjadi meyehatkankan. Oleh sebab itu, sesorang penulis dituntut untuk jujur dalam mempublikasikan tulisannya dalam menulis sebuah karya sastra. Jika penulis tidak mampu menguatkan serta kejelasan sumber informasi dari tulisan yang digunakannya maka seorang penulis tersebut bisa disebut sebagai plagiator atau orang yang melanggar hak cipta orang lain. Leo ( 2010: 35) mengatakan bahwa plagiarisme berasal dari kata latin, yaitu plagiarus ( penculik) yang berarti mengambil karya orang lain untuk dianggap sebagai karyanya sendiri. Dari pernyataan dan penafsiran yang dijelaskan pendapat dari satu orang tersebut tentang gaya penulisan yang harus dipatuhi sesorang penulis dapat disimpulkan bahwa seorang penulis harus mampu jelas sumber informasi dari tulisannya agar layak di publikasikan serta menjadikan tulisan dari karya sastra tersebut menjadi tulisan yang bermutu dan berkualitas.
Dengan itu dapat isimpulkan bahwa karya sastra itu sendiri merupakan produk kreatif yang harus dan mampu diaplikaskan penulis untuk melahirkan ide yang kreatif dan mewarnai karyanya agar lebih berkualitas. Oleh sebab itu, penulisan karya sastra harus sesuai struktur kaidah penulisan sehingga terciptalah sebuah karya yang diminati dan sangat dinikmati pembaca dengan ciri khas dan karakteristik dari karya penulis. Pada era modrenisme penulis diberikan kebebasan berkreasi sesuai hari nurani seorang penulis yang melahirkan ide berhubungan dengan pola ekonimis, politis sehingga terkadang penulis terjerumus untuk menulis sebuah karya sastra yang tidak sesuai kaidah dan sistematika karya sastra. Permasalahan yang ditemukan dan dideskripsikan di dalam era modrenisme ini akan berdampak serta berpengaruh pada penulisan karya sastra di Indonesia, maka dari itu butuh kesadaran dari generasi muda untuk melahirkan ide yang  kreatif dengan struktur kaidah penulisan yang benar. Kesadaran yang harus dibentuk di dalam diri seseorang yaitu dengan berlatih dan ulet dalam memahami karya kreatif yang terstruktur dengan kaidah penulisan pada sebuah karya sastra.

Daftar Pustaka
Astuti, E. 2011.Pengembangan Media Audiovisual Sinematisasi Puisi Sebagai Media Pengajaran Apresiasi Puisi pada Siswa SMA Kelas X. Skripsi: Universitas Negeri Semarang.
Indrwati, Nita. 2017. Pengaruh Kompetensi Terhadap Kinerja Pegawai pada Kantor Pertahanan Kota Kendari.Skripsi: Universitas Halu Oleo.
Leo, Sutanto. 2010. Kiat Jitu Menulis dan Menerbitkan Buku. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Mahayana, Maman S. 2005. Jawaban Sastra Indonesia. Jakarta: Bening Publishing.
Safwan. 2014. Pengaruh Kompetensi dan Motivasi Terhadap Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Pidie Jaya. Jurnal Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala. Februari, Vol. 3, No. 1, 2014, Hlm 134 dan 136.

Kamis, 10 Januari 2019

PUISI (PETI KECIL)💦



                                                                     Peti Kecil

Bukan sebuah angka yang sulit dipahami olehmu
Bukan juga sebuah kubus yang harus kau pahami di setiap sisi- sisinya
Bukan dayang- dayang yang mampu menyuguhkan secangkir air
          Ketika dahagamu terluka
Kau tak perlu cemas, tak perlu resah
Cukup kau simpan di dalam sebuah peti kecil yang kau kunci dari gembok baja
Kau tak perlu mendeskripsikan dan mencari tau kesulitannya
Sebuah peti kecil yang menggerogoti pikiranmu
Yakinlah, Kau akan mengerti tanpa perlu dijelaskan
Ketika sudah kau temukan sandi
           Sebuah peti kecil dari gembok baja
Sandi- sandinya sempat membingungkanmu, mengganggu saraf- sarafmu
Kau tak perlu memenjarakan pikiranmu, tak perlu !!
Cukuplah kau jaga peti kecil itu
Tersenyumlah.
Percayalah , kau akan temukan sandi yang sempat hilang dari pikiranmu
Di dalam sebuah peti kecil dari gembok baja
Padang,11 Januari 2019
elvida_andriani_el99