Rabu, 23 Januari 2019

PUISI (JEJAK EL)

PULAU BIRU YANG DILUPAKAN




Elvida Andriani
elvidaandriani4@gmail.com
Abstrak
Budaya merupakan salah satu identitas suatu bangsa dan budaya juga, merupakan warisan dari peradaban suatu bangsa, yang ada dan lahir karena kebiasaan yang mempunyai nilai kehidupan. Seiring waktu, semua seakan melupakan kepribadian daerahnya, dengan kecanggihan teknologi membuat kita berselingkuh dan menyukai kepribadian barat. Sadarlah kita, di mana rasa kepedulian kita, seperti sudah mati oleh kecanggihan yang menggiurkan sejenak saja. Coba kita berpandang kedepan, melihat mereka yang sangat mencintai kepribadian daerahnya, hingga rela berkorban sepenuh jiwa. Kita hanya melestarikannya saja, itupun kita tidak bisa. Akan tetapi seiring dengan kemajuan zaman dan derasnya budaya barat masuk ke dalam masyarakat sehingga, budaya kita sendiri tergerus dan terberengus dengan kebudayaan barat, contoh kecil dari ditinggalkannya kebudayaan kita sendiri adalah dari prilaku masyarakat yang bukan menunjukkan sikap ke timuran. Sikap masyarakat yang sudah mementingkan kepentingan individu di atas segalanya, tidak memikirkan kepentingan umum.
Sejarah Pulau jemur tercatat bermula dari penjelajahan salah seorang panglima kerajaan Siak Sri Indrapura yang bernama Datuk Tanah Lor. Setelah menemukan pulau Jemur, pada tahun 1732 beliau melaporkannya kepada Sultan Siak  ( Raja Siak I). Selanjutnya oleh Raja Siak I, Datuk Tanah Lor disetujui menjadi penguasa Pulau Jemur.
Kata kunci: kebudayaan Riau, Sejarah Pulau Jemur.







A. Pendahuluan
Di mana tidak semua orang mengetahuinya, bahkan melupakannya. Dengan kecanggihan teknologi membuat tempat ini dikenal banyak orang tapi mereka hanya mengenal keindahannya saja, bahkan tidak isi dari kepribadian daerah itu. Terlihat seperti keindahan yang bentuknya menghibur suasana hati bagi setiap insan yang memiliki perasaan, bukan perasaan yang mati. Banyak kepribadian dari daerah itu yang mereka sengaja lupakan dan menghilangkannya dari peradaban, serta akan dimusnahkan dari penglihatan. Untuk merasakan keindahan yang sesungguhnya kita harus mengenal kepribadian dari sesuatu hal yang indah itu. Kebiasaan dari kepribadian suatu hal tersebut bisa kita lihat tetapi belum tentu bisa kita merasakan kesejukan, kenyamanan dari dari bentuk kepribadian dari suatu hal ingin kita nikmati keindahannya. Sebelum kita mengenal suatu hal yang menarik, tentunya kita terlebih dahulu melahirkan dalam pikiran kita tentang sebab dan akibat kita menikmati sesuatu dari keindahan kepribadian sesuatu hal tersebut. Kita harus  mengenal lebih dekat kepribadian tersebut dari bentuk pendapat yang menggugah jiwa kita untuk lebih dekat mengenal kepribadian sesuatu hal tersebut.
Hidup tanpa keindahan dan kenyamanan yang dirasakan dalam jiwa setiap insan memiliki perasaan bukanlah hal mudah seperti memejamkan mata dan semua terwujud sesuai kecocokan perasaan, serta suasana hati yang sedang digoncangkan dengan persoalan masalah kehidupan. Bicara tentang kenyamanan dan keindahan, pernahkah kita merenungkan sejenak? bukan untuk mengibaratkan. Dimana merawat, menjaga, bukanlah persoalan yang mudah, jika kita menghayati dimana nikmat dari yang menciptakan, mewujudkan alam yang begitu sempurna ini, bahkan selalu memberikan kita kesempatan untuk menggali yang di tempatkanNya untuk dunia ini berharga bahkan lebih menakjubkan dari persoalan lain yang kita tidak akan temui dalam dunia lain.
Untuk itu kita belajar menghargai sesuatu keindahan dari kepribadian setiap daerah. Bicara tentang menghargai, hilangkan dari pikiran kita tentang sebuah materi dan perdagangan politik, yang hanya ingin menguras kekayaan alam ini. Dengan sesuai pola kehidupan tikus nakal, ini tidak lain hanyalah sebuah kepedulian bagi insan yang memiliki hati hidup bukan hati yang mati. Di sini saya sosok yang ingin menghasut dan mendorong batu besar yang akan memasuki lubang yang indah dan megah serta untuk jalan yang baik. Mari kita pandang lurus, cermati, rasakan dalam hati yang tidak mati oleh sebuah materi dan mahkota.
Pemahaman dan ketelitian dalam mendekatkan diri kita untuk kepribadian suatu daerah itu, bukanlah hal yang mudah, butuh proses dan perjalanan yang berliku dan terjal. Seperti sulitnya pendaki gunung yang mendaki gunung, dengan kejauhan dan ketinggian puncak kebanggaan yang setiap pendaki impikan untuk kepuasaan hati, itu semua tidak sebanding dengan memahami tentang kepribadian setiap daerah, apalagi jarang di perbicangkan oleh khalayak yang kebiasaannya menyebar berita tanpa bayaran. Memahami kepribadian setiap daerah itu butuh hati yang hidup sepenuh jiwa. Berbicara sepenuh jiwa seperti kita mengorbankan untuk pujaan hati yang selalu kita sanjung dan kita puja, terkadang kita lupa siapa yang pantas kita puja. Bukankah yang patut kita puja hanyalah Dia yang memiliki hati kita ini. Itulah sebab dan akibatnya, kita bahkan tidak mampu menikmati dan menjaga yang telah Dia titipkan kepada kita. Untuk sebuah kepuasan hati, saya harus mampu melahirkan bukti nyata, bukan seperti para insan yang menghasilkan berita dengan profesi tanpa bayaran dan tidak memiliki pemahaman seperti tidak memiliki mutiara di dasar lautan.
B. Pembahasan
Budaya merupakan salah satu identitas suatu bangsa dan budaya juga, merupakan warisan dari peradaban suatu bangsa, yang ada dan lahir karena kebiasaan yang mempunyai nilai kehidupan. Seiring waktu, semua seakan melupakan kepribadian daerahnya, dengan kecanggihan teknologi membuat kita berselingkuh dan menyukai kepribadian barat. Sadarlah kita, di mana rasa kepedulian kita, seperti sudah mati oleh kecanggihan yang menggiurkan sejenak saja. Coba kita berpandang kedepan, melihat mereka yang sangat mencintai kepribadian daerahnya, hingga rela berkorban sepenuh jiwa. Kita hanya melestarikannya saja, itupun kita tidak bisa. Akan tetapi seiring dengan kemajuan zaman dan derasnya budaya barat masuk ke dalam masyarakat sehingga, budaya kita sendiri tergerus dan terberengus dengan kebudayaan barat, contoh kecil dari ditinggalkannya kebudayaan kita sendiri adalah dari prilaku masyarakat yang bukan menunjukkan sikap ke timuran. Sikap masyarakat yang sudah mementingkan kepentingan individu di atas segalanya, tidak memikirkan kepentingan umum. Dan inilah salah satu faktor dilupakannya kebudayaan sendiri. Masyarakat kita lupa akan budayanya sendiri, sikap acuh dan bahkan tidak peduli terhadap budaya sudah mengakar dalam masyarakat, bahkan hal yang sangat memilukan hati, hanya sebagian kecil saja dari masyarakat kita yang peduli terhadap budaya. Hal ini harus jadi perhatian serius dari seluruh lapisan masyarakat baik dari pemerintahan hingga rakyat biasa. Dari hal dan kasus di atas harus kita jadikan pelajaran bersama, agar kita semua menghargai dan menjaga warisan budaya yang menjadi salah satu kekayaan dan identitas bangsa yang kita cintai bersama.
Pulau Jemur secara administratif termasuk ke dalam wilayah Desa Teluk Pulai, Kecamatan Pasir Limau Kapas, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau. Secara geografis Pulau Jemur terletak pada 02’ 52’ 53’ LU dan 100’ 33’ 51’ BT di Selat Malaka. Pulau jemur terletak  sekitar 72,4 km dari Bgansiapiapi dan 64,3 km dari pelabuhan Klang di Malaysia. Pulau dengan luas 250 Ha ini merupakan pilau terluas dari kepulauan Arwah, gugusan sembilan pulau, yaitu Pulau Batu Mandi, Pulau Labuan Bilik, Pulau Jemur, Pulau Pertandangan, Pulau Tukong Mas, Pulau Tukong Simbang, Pulau Batu Berlayar, dan Pulau Batu Adang. Pulau jemur tidak berpenduduk,yang tinggal dan menjaga pulau jemur adalah parajurit TNI – AL yang berjumlah 9 orang dan Petugas Instalasi Manara Suar Kementrian Perhubungan berjumlah 5 orang.  Pulau ini tempat persinggahan nelayan untuk sekedar istirahat, mengambil air tawar atau berlindung dari cuaca buruk. Kebutuhan hidup sehari- hari  bagi yang menjaga pulau di suplai oleh masing- masing instansi.
Sejarah Pulau jemur tercatat bermula dari penjelajahan salah seorang panglima kerajaan Siak Sri Indrapura yang bernama Datuk Tanah Lor. Setelah menemukan pulau Jemur, pada tahun 1732 beliau melaporkannya kepada Sultan Siak  ( Raja Siak I). Selanjutnya oleh Raja Siak I, Datuk Tanah Lor disetujui menjadi penguasa Pulau Jemur. Aksesibilitas menuju Pulau Jemur dapat dikatakan tidak mudah. Pulau ini dapat ditempuh melalui jalur udara dengan menggunakan helikopter. Di Pulau Jemur tersedia helipad yang merupakan landasan untuk landing helikopter seluas 15 m  x 25 m. Akses lainyang dapat ditempuh menuju pulau Jemur adalah melalui jalur laut dengan menggunakan perahu dari Pelabuhan Bagansiapiapi. Waktu tempuh dari Bagansiapiapi menuju Pulau Jemur adalah 7 jam.
Sebagai manusia yang memiliki hati yang hidup, kita harus mampu menjaga dan merawat kepribadian dari daerah manapun, bukan hanya melihat tetapi juga membantu membangun kepribadian setiap daerah. Cintailah alam maka ia juga akan menjaga dan melindungimu ditempatnya. Sebenarnya, keindahan itu kita yang ciptakan bukan menunggu orang lain menciptakannya. Sekian yang dapat saya tulis dengan jemari yang lelah ini dengan kecepatan yang tak mampu di hentikan, tetapi kepuasan hati membangkitkan gejora jiwa untuk menuliskannya. Semoga tulisan bermanfaat bagi kita untuk menghidupkan kembali jiwa yang hampir mati ini dan mencintai kepribadian setiap daerah.


Daftar Pustaka
Sukendi. 2012. Sejarah Pulau Jemur.
http://sdarmansyah.blogspot.co.id/2012/01/pulau-jemur.html yang diakses pada 8 Januari 2018 21:55:03 GMT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar